Terkait pernyataan Quraish Shihab tentang Nabi Muhammad SAW tidak dijamin masuk surga. Merupakan pembicara yang bersifat ghaib, ukuran kebenaran nya tidak dapat dibenarkan oleh analisa seorang manusia walaupun sekelas profesor sekalipun.
Coba mari kita simak tentang pernyataan Nabi Muhammad SAW dan kaitannya dengan dirinya di surga. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda: Saya dan penjamin / pemelihara anak yatim itu di surga begini, dan beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau merenggangkan antara keduanya sedikit. (HR Al-Bukhari nomor 5304).
Salah satu sifat Nabi adalah Siddiq (berkata benar) dan Amanah (dapat dipercaya). Jika seorang nabi menjamin umatnya masuk surga dan berada dekat dengan dirinya didalam surga. Artinya dia sendiri sudah dijamin masuk surga.
Dan kita semua tahu bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mengikuti melainkan apa yang telah diwahyukan padanya. Sebagaimana firman Allah dalam Alqur'an :
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang memberi penjelasan". (QS. Al-Ahqaf : 9)
Sehingga apa yang dikatakan padanya melalui perantara malaikat jibril tentu mengikuti apa yang diwahyukan Allah.
Lantas ketika Quraish Shihab mengatakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak dijamin masuk surga, itu mengikuti wahyu siapa?
Jika Shihab berbicara nash tentunya pembatalan nya juga harus berdasarkan nash pula. Namun faktanya Quraish Shihab hanya mengemukakan berdasarkan analisa pribadinya dirinya bukan berdasarkan dalil / nash yang jelas. Bagaimana mungkin perkara gaib ketentuan Allah dibatalkan oleh analisa seorang manusia biasa.
Tentu saja analisa itu gugur sebelum berkembang. Apalagi ketika ternyata ada nash dan jelas bertentangan dengan analisa itu. Kecuali kalau Quraish Shihab sengaja mendudukkan dirinya sebagai pembawa agama baru, misalnya, maka itu soal lain. Masalahnya Quraish Shihab berbicara kedudukannya dalam Islam.
Bagaimanapun, ungkapan Quraish Shihab itu berbahaya. Baik secara makna, dampak, maupun apalagi manhaj (metode) dalam memahami Islam.
Yang jadi pertanyaan sekarang, orang yang manhajnya membahayakan, masih layakkah menyiarkan fahamnya terhadap Umat Islam di negeri yang jumlah Islamnya terbesar di dunia ini ? Dan masih layakkah bukunya yang disebut Tafsir Al-Misbah itu disodorkan ke hadapan Umat Islam ? Lagi pula masih layakkah dia jadi guru besar di perguruan tinggi Islam ? :)
KESIMPULAN NYA :
1. Analisa Pribadi tidak dapat membatalkan wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Quraish Shihab menggiring opini agar umat islam merasa ragu dengan keimanan nya saat ini dan meragukan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul Allah.
3. Penggiringan opini ini akan berujung kepada kepercayaan berlebihan dan menempatkan Sahabat Ali diatas kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagaimana syiah yakini selama ini.
4. Ketika bertentangan hal sesuatu perkara dalam Islam hendaknya umat Islam mengembalikan perkaranya kepada Alqur'an dan As Sunnah sehingga terbebas dari tipu daya manusia berhati iblis. Bukan malah berpatokan pada sebuah buku Al-Misbah.